3 Puisi Ibu Karya Mustofa Bisri (Gus Mus) - foldersoal.com
Sunday 13 December 2015
Edit
Kumpulan Puisi Tentang Ibu Karya KH. Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus)
1. Puisi Berjudul Ibu Karya Mustofa Bisri
Ibu
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Ibu
Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah kawah dari mana saya meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku melepas lelah
dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, bahari dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga di telapak kakimu
(Tuhan, saya bersaksi
ibuku telah melakukan amantMu
memberikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku menyerupai Kau menyayangi kekasih-kekasihMu
Amin).
2. Puisi Berjudul "Nazar Ibu di Karbala" Karya Mustofa Bisri
Nazar Ibu di Karbala
Oleh: KH A Mustofa Bisri
pantulan mentari
senja dari kubah keemasan
mesjid dan makam sang cucu nabi
makin melembut
pada genangan
airmata ibu tua
bergulir-gulir
berkilat-kilat
seolah dijaga pelupuk
biar tak jatuh
indah warnanya
menghibur bocah berkaki satu
dalam gendongannya
tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan
menitik pecah
pada pipi cantik kemerahan
puteranya
"ibu menangis ya, kenapa?"
meski kehilangan satu kaki
bukankah ananda selamat kini
menyerupai yang ibu pinta?"
"airmata bahagia, anakku
kerna permohonan kita dikabulkan
kita ziarah kemari hari ini
memenuhi nazar ibumu."
cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya
ketika sang ibu tiba-tiba brenti
bangkit tegak di pintu makam
menggumamkan salam:
"assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah
salam bagimu, wahai cucu rasul
salam bagimu, wahai permata zahra."
kemudian dengan permatanya sendiri
dalam gendongannya
hati-hati maju selangkah-selangkah
menyibak para peziarah
yang begitu meriah
disentuhnya dinding makam menyerupai tak sengaja
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat
membisik munajat:
"terimakasih, tuhanku
dalam resah perang yang tak menentu
engkau hanya mengujiku
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran
dan kebeningan hati
tuhan,
jikalau saya boleh meminta ganti
gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
dengan kepasrahan yang utuh
dan semangat yang penuh
untuk terus melangkah
pada jalan lurusmu
dan sadarkanlah manusia
biar tak terus menumpahkan darah
mereka sendiri sia-sia
tuhan,
inilah nazarku
terimalah."
3. Puisi Berjudul "Cinta Ibu" Karya Mustofa Bisri
Cinta Ibu
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Seorang ibu mendekap anaknya yang durhaka ketika sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang gelap dan pucat
anaknya yang semenjak di rahim diharap- harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya dan berkata anakku jangan risaukan dosa-dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari verbal si anak yang gelepotan lumpur dan darah
terdengar desis menyerupai upaya sia-sia sebelum semuanya terpaku kaku.
Cek juga Kumpulan Puisi Ibu karya Pendatang Baru
Berbagai Sumber
1. Puisi Berjudul Ibu Karya Mustofa Bisri
Ibu
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Ibu
Kaulah gua teduh tempatku bertapa bersamamu sekian lama
Kaulah kawah dari mana saya meluncur dengan perkasa
Kaulah bumi yang tergelar lembut bagiku melepas lelah
dan nestapa gunung yang menjaga mimpiku siang dan malam
mata air yang tak brenti mengalir membasahi dahagaku
telaga tempatku bermain berenang dan menyelam
Kaulah, ibu, bahari dan langit yang menjaga lurus horisonku
Kaulah, ibu, mentari dan rembulan yang mengawal perjalananku
mencari jejak sorga di telapak kakimu
(Tuhan, saya bersaksi
ibuku telah melakukan amantMu
memberikan kasihsayangMu
maka kasihilah ibuku menyerupai Kau menyayangi kekasih-kekasihMu
Amin).
2. Puisi Berjudul "Nazar Ibu di Karbala" Karya Mustofa Bisri
Nazar Ibu di Karbala
Oleh: KH A Mustofa Bisri
pantulan mentari
senja dari kubah keemasan
mesjid dan makam sang cucu nabi
makin melembut
pada genangan
airmata ibu tua
bergulir-gulir
berkilat-kilat
seolah dijaga pelupuk
biar tak jatuh
indah warnanya
menghibur bocah berkaki satu
dalam gendongannya
tapi jatuh juga akhirnya
manik-manik bening berkilauan
menitik pecah
pada pipi cantik kemerahan
puteranya
"ibu menangis ya, kenapa?"
meski kehilangan satu kaki
bukankah ananda selamat kini
menyerupai yang ibu pinta?"
"airmata bahagia, anakku
kerna permohonan kita dikabulkan
kita ziarah kemari hari ini
memenuhi nazar ibumu."
cahaya lembut masih memantul-mantul
dari kedua matanya
ketika sang ibu tiba-tiba brenti
bangkit tegak di pintu makam
menggumamkan salam:
"assalamu 'alaika ya sibtha rasulillah
salam bagimu, wahai cucu rasul
salam bagimu, wahai permata zahra."
kemudian dengan permatanya sendiri
dalam gendongannya
hati-hati maju selangkah-selangkah
menyibak para peziarah
yang begitu meriah
disentuhnya dinding makam menyerupai tak sengaja
dan pelan-pelan dihadapkannya wajahnya ke kiblat
membisik munajat:
"terimakasih, tuhanku
dalam resah perang yang tak menentu
engkau hanya mengujiku
sebatas ketahananku
engkau hanya mengambil suami
gubuk kami
dan sebelah kaki
anakku
tak seberapa
dibanding cobamu
terhadap cucu rasulmu ini
engkau masih menjaga
kejernihan pikiran
dan kebeningan hati
tuhan,
jikalau saya boleh meminta ganti
gantilah suami, gubuk, dan kaki anakku
dengan kepasrahan yang utuh
dan semangat yang penuh
untuk terus melangkah
pada jalan lurusmu
dan sadarkanlah manusia
biar tak terus menumpahkan darah
mereka sendiri sia-sia
tuhan,
inilah nazarku
terimalah."
3. Puisi Berjudul "Cinta Ibu" Karya Mustofa Bisri
Cinta Ibu
Oleh: KH A Mustofa Bisri
Seorang ibu mendekap anaknya yang durhaka ketika sekarat
airmatanya menetes-netes di wajah yang gelap dan pucat
anaknya yang semenjak di rahim diharap- harapkan menjadi cahaya
setidaknya dalam dirinya dan berkata anakku jangan risaukan dosa-dosamu kepadaku
sebutlah namaNya, sebutlah namaNya.
Dari verbal si anak yang gelepotan lumpur dan darah
terdengar desis menyerupai upaya sia-sia sebelum semuanya terpaku kaku.
Cek juga Kumpulan Puisi Ibu karya Pendatang Baru
Berbagai Sumber