Tenggelam dalam suasana Ramadhan
Tuesday, 3 April 2018
Edit
Santap Sahur yang Mempesona....
إنها بركة أعطاكم الّله إيّاها فلا تدعوه
Artinya: Sesungguhnya makan sahur adalah keberkahan yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan. (HR. Nasāi dan Ahmad)
Selain di bulan Ramadhan, banyak diantara kita telah kehabisan waktu untuk memekarkan cinta dalam keluarga. Banyak diantara kita, segera setelah shalat subuh, buru-buru berangkat ke kantor. Tak sempat berbincang dengan anak yang masih terkantuk-kantuk. Mungkin hanya sempet mencium rambut atau pipinya, dan langsung ngacir. Malam, saat dia sudah tidur, kita baru nyampe rumah. Dalam hal waktu benar-benar beda-beda tipis dengan maling. Pergi saat matahari belum lagi terbit, pulang saat bulan tepat di atas kepala. Tak banyak yang bisa dilakukan di rumah, karena letih telah melemahkan badan dan jiwa.
Namun di bulan ini, ya.. Ramadhan, masih terkantuk-kantuk, kita duduk berkumpul dengan anak istri menyantap sahur. Kita larut dalam perbincangan kecil tentang apa saja. Bagi kebanyakan kita, masyarakat kota yang telah dibekap pekerjaan rutin, ngumpul dengan keluarga seperti ini semakin lama semakin langka. Ramadhan memberi kita kesempatan untuk menikmati betapa indahnya berkumpul bersama keluarga. Kita merasakan kembali bahwa kita tak hidup sendiri. Ada orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Inilah kehangatan keluarga, berkah Ramadhan.
Santap sahur sangat berbeda dengan makan bersama di resto-resto di mal atau rumah makan berkelas lainnya. Kita berkumpul dengan pakaian apa adanya, menikmati makanan yang dimasak istri. Pastilah lebih nikmat, karena ada cinta, kehangatan, dan ketulusan di dalamnya. Meskipun yang dimasak cuma tumis kangkung. Lebih indah bagi yang masih punya balita. Tiba-tiba si balita sudah berdiri di pintu kamar tidur dengan muka ngantuk, dan ikutan makan sahur, sambil tetap tertidur.
Apakah suasana seperti ini ada di luar Ramadhan?
Santap sahur itu bukan makan biasa. Santap sahur sungguh menyatukan kita dalam kehangatan keluarga. Karena setelah makan kita tetap bersama sampai shalat subuh. Kehangatan itu akan bertambah-tambah bila shalat subuh berjamaah.
Coba ingat dan rasakan kembali, apa istimewanya santap sahur. Suasana kantuk membuat kita lebih saling memerhatikan satu sama lain. Akan ada sentuhan mesra sang ayah untuk membangunkan anak-anak. Betapa lucu wajah anak-anak itu saat bangun tidur. Inilah pemandangan indah yang hampir tak pernah lagi kita nikmati di luar Ramadhan. Suasana ini benar-benar membuat kita bersyukur, betapa sangat baik Allah yang memberi amanah, anak-anak yang menyenangkan hati. Ramadhan menyadarkan kita, betapa bermakna keluarga. Keluarga adalah dangau bagi hati yang lelah, keluarga adalah pelangi di kusamnya warna kehidupan. Intinya, Ramadhan membangkitkan kembali kehangatan keluarga itu sangat indah dan membahagiakan.
Karena itu, Ramadhan terasa indah dan syahdu. Ramadhan memberi kesempatan pada kita untuk secara mendalam menghayati dan menikmati kehangatan keluarga dalama kebersaan berbuka, sahur dan ibadah yang lain. Entah kenapa suasana kehangatan itu berbeda jika dibandingkan sebelum dan sesudah Ramadhan. Bukan berarti tak ada kehangatan di luar Ramadhan, tetapi kehangatan keluarga saat Ramadhan benar-benar beda.
Ramadhan adalah tungku bagi kebersamaan yang dapat menghangatkan keluarga.
إنها بركة أعطاكم الّله إيّاها فلا تدعوه
Artinya: Sesungguhnya makan sahur adalah keberkahan yang Allah berikan kepada kalian, maka janganlah kalian tinggalkan. (HR. Nasāi dan Ahmad)
Selain di bulan Ramadhan, banyak diantara kita telah kehabisan waktu untuk memekarkan cinta dalam keluarga. Banyak diantara kita, segera setelah shalat subuh, buru-buru berangkat ke kantor. Tak sempat berbincang dengan anak yang masih terkantuk-kantuk. Mungkin hanya sempet mencium rambut atau pipinya, dan langsung ngacir. Malam, saat dia sudah tidur, kita baru nyampe rumah. Dalam hal waktu benar-benar beda-beda tipis dengan maling. Pergi saat matahari belum lagi terbit, pulang saat bulan tepat di atas kepala. Tak banyak yang bisa dilakukan di rumah, karena letih telah melemahkan badan dan jiwa.
Namun di bulan ini, ya.. Ramadhan, masih terkantuk-kantuk, kita duduk berkumpul dengan anak istri menyantap sahur. Kita larut dalam perbincangan kecil tentang apa saja. Bagi kebanyakan kita, masyarakat kota yang telah dibekap pekerjaan rutin, ngumpul dengan keluarga seperti ini semakin lama semakin langka. Ramadhan memberi kita kesempatan untuk menikmati betapa indahnya berkumpul bersama keluarga. Kita merasakan kembali bahwa kita tak hidup sendiri. Ada orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. Inilah kehangatan keluarga, berkah Ramadhan.
Santap sahur sangat berbeda dengan makan bersama di resto-resto di mal atau rumah makan berkelas lainnya. Kita berkumpul dengan pakaian apa adanya, menikmati makanan yang dimasak istri. Pastilah lebih nikmat, karena ada cinta, kehangatan, dan ketulusan di dalamnya. Meskipun yang dimasak cuma tumis kangkung. Lebih indah bagi yang masih punya balita. Tiba-tiba si balita sudah berdiri di pintu kamar tidur dengan muka ngantuk, dan ikutan makan sahur, sambil tetap tertidur.
Apakah suasana seperti ini ada di luar Ramadhan?
Santap sahur itu bukan makan biasa. Santap sahur sungguh menyatukan kita dalam kehangatan keluarga. Karena setelah makan kita tetap bersama sampai shalat subuh. Kehangatan itu akan bertambah-tambah bila shalat subuh berjamaah.
Coba ingat dan rasakan kembali, apa istimewanya santap sahur. Suasana kantuk membuat kita lebih saling memerhatikan satu sama lain. Akan ada sentuhan mesra sang ayah untuk membangunkan anak-anak. Betapa lucu wajah anak-anak itu saat bangun tidur. Inilah pemandangan indah yang hampir tak pernah lagi kita nikmati di luar Ramadhan. Suasana ini benar-benar membuat kita bersyukur, betapa sangat baik Allah yang memberi amanah, anak-anak yang menyenangkan hati. Ramadhan menyadarkan kita, betapa bermakna keluarga. Keluarga adalah dangau bagi hati yang lelah, keluarga adalah pelangi di kusamnya warna kehidupan. Intinya, Ramadhan membangkitkan kembali kehangatan keluarga itu sangat indah dan membahagiakan.
Karena itu, Ramadhan terasa indah dan syahdu. Ramadhan memberi kesempatan pada kita untuk secara mendalam menghayati dan menikmati kehangatan keluarga dalama kebersaan berbuka, sahur dan ibadah yang lain. Entah kenapa suasana kehangatan itu berbeda jika dibandingkan sebelum dan sesudah Ramadhan. Bukan berarti tak ada kehangatan di luar Ramadhan, tetapi kehangatan keluarga saat Ramadhan benar-benar beda.
Ramadhan adalah tungku bagi kebersamaan yang dapat menghangatkan keluarga.
Sumber : https://www.facebook.com/swasto.teguh